
Positif Thinking Ternyata Tak Selalu Baik, Waspadai Toxic Positivity
Berpikir dan bersikap positif seringkali ditanamkan pada setiap pikiran manusia. Tapi, memiliki pemikiran dan sikap positif secara terus menerus justru tidak baik. Bahkan bisa menjadi racun yang menghancurkan kehidupan. Situasi ini dinamakan toxic positivity.
Karena itu, hidup juga sangat membutuhkan sikap dan pemikiran negatif yang sehat atau healthy negativity. Dengan healthy negativity, setiap orang dapat belajar dari rasa sakit atau penderitaannya, sehingga tidak akan mengulangi kesalahan yang sama di masa mendatang. Hal ini diungkapkan oleh Mental Health Counselor Hasan Askari dalam webinar ’’Udahan sama Toxic Positivity, Berteman Yuk dengan Healthy Negativity Acceptance” yang digelar Forum Milenial MADJOE, Sabtu (26/2/2022).
Founder & CEO Ace Human Resource ini menegaskan bahwa akan menjadi sangat berbahaya jika seseorang bersikap terlalu positif. Bahkan saat memberikan nasehat sekalipun. ’"Maka akan menjadi sangat penting jika seseorang mengenal emosi positif dan negatif dalam dirinya,’’ kata Hasan dalam webinar virtual, Sabtu (26/2/2022). Menurutnya, sikap positif dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu real dan toxic. Sikap positif yang real bukan berarti kita harus selalu melihat yang positif dan menutup mata dari aspek negatif dalam hidup.
Namun sebaliknya, real positivity adalah melihat semua aspek kehidupan secara adil, jujur, dan objektif. Meski dipenuhi ketidak adilan, penderitaan, dan masalah yang tak kunjung selesai. "Kita terus berjuang memperbaiki keadaan, mengurangi penderitaan, meningkatkan kemampuan diri, dan terus mengejar harapan akan kehidupan yang lebih baik dari saat ini," paparnya lagi.
Sementara toxic positivity adalah sikap positif yang terlalu dipaksakan dan berlebihan. Berfokus pada perasaan bahagia dan optimis dalam semua situasi. Pada prosesnya, sikap positif toxic ini akan membuat seseorang melakukan penyangkalan (denial), meminimasi (pengalaman negatif). Serta tidak memvalidasi pengalaman emosional manusia yang asli, yang kadang merasa positif dan kadang merasa negatif.
Hasan mengungkapkan banyak konsep tentang positivitas yang mungkin tidak benar dan malah kontraproduktif. Di sinilah kita dituntut untuk belajar berpikir kritis, dimana kekritisan yang benar itu datangnya hanya dari kematangan mental seseorang. ’’Jika tidak bisa berpikir dengan baik, kemungkinan kena masalah mental (over thinking) karena tidak punya framework berpikir yang baik. Di sinilah pentingnya healthy negativity. Dengan belajar menerima emosi negatif, dapat membantu kita terhindar dari banyak malapetaka yang tidak perlu,’’ paparnya.
Jadi orang yang menyenangkan dan selalu positif memang baik. Namun Hasan menegaskan tetap utamakan rasionalitas saat membuat keputusan. Sedangkan negativitas tidak sepenuhnya buruk dan harus dihindari dalam semua situasi. Negatifitas punya peran untuk survival manusia, yaitu untuk mendeteksi. Artikel ini merupakan bagian dari
KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.